RSS

euler

syms x y
fxy= -2.2067*10^-12*(y^4-81*10^8)*h;
a= 0;
b=480;
n=10;
h= (b-a)/n;
x1= a;
y1= 1200;
ys= 647.57; %nilai sebenarnya
es=1;
N=[x1 y1 es ];
for i=1:n
    y2= y1+ subs (fxy,{x,y},{x1,y1});
    x2= x1+h;
    es= abs ((ys-y2)/ys);
    N= [N;x2 y2 es ];
    x1=x2;
    y1=y2;
end
N
   

multi_simpson

%multi_simpson
syms x
fx =x^2+x+2;
a = 0;
b = 2;
fy = int(fx,x);
fya = subs(fy,x,a);
fyb = subs(fy,x,b);
ha = fyb-fya
fa = subs(fx,x,a);
fb = subs(fx,x,b);
n = 4;
h = (b-a)/n;
ganjil=0;
genap = 0;
for i=1:(n-1)l
if rem (i,2)== 0
genap=genap+subs(fx,x,a+i*h)
else
ganjil=ganjil+subs(fx,x,a+i*h) 
end
end
hk = h/3*(fxa+fxb+4*ganjil+2*genap)
ea = abs((ha-hk)/hs)

simpsons1/3

%simpsons1/3
syms x
fx =x^2+x+2;
a = 0;
b = 2;
fy = int(fx,x);
fya = subs(fy,x,a);
fyb = subs(fy,x,b);
ha = fyb-fya
fxa = subs(fx,x,a);
fxb = subs(fx,x,b);
c = (a+b)/2;
fxc = subs(fx,x,c);
hk = (b-a)/6*(fxa+fxb+4*fxc)
ea = abs((ha-hk)/ha)
%boleh juga hk = h/3 *(fxa+fxb+4*fxc)

multi_trapezoid

%multi_trapezoid
syms x
fx =x^2+x+2;
a = 0;
b = 2;
fy = int(fx,x);
fya = subs(fy,x,a);
fyb = subs(fy,x,b);
hs = fyb-fya
fxa = subs(fx,x,a);
fxb = subs(fx,x,b);
n = 100;
h = (b-a)/n;
fd = 0;
for i=1:(n-1)
c = a+i*h;
fxc = subs(fx,x,c);
fd = fd+fxc;                                   
end
hk = h/2*(fxa+fxb+2*fd)
ea = abs((hs-hk)/hs)

single_trapezoid_rule_integration

%single_trapezoid_rule_integration
syms x
fx =x^2+x+2;
a = 0;
b = 2;
fy = int(fx,x);
fya = subs(fy,x,a);
fyb = subs(fy,x,b);
hs = fyb-fya
fxa = subs(fx,x,a);
fxb = subs(fx,x,b);
hk = (b-a)*(fxa+fxb)/2
ea= abs((hs-hk)/hs)

newton_raphson

%newton_raphson
syms x % deklarasi fungsi x
fx = x^2+x-3;
%fx =x^3-0.165x^2+3.993*10^-4
fy= diff (fx,x);
x1 = -1;
fx1 = subs (fx,x,x1); % mensubtitiuskan xl ke fxl
fy1 = subs (fy,x,x1);
x2 = x1-(fx1/fy1);
ea = abs (x2-x1)/x2;
N = [x1 x2 ea];
x1=x2;
es = 0.0001;
n= 100;
for i = 2:n
    fx1 = subs (fx,x,x1); % mensubtitiuskan xl ke fxl
    fy1 = subs (fy,x,x1);
    x2 = x1-(fx1/fy1);
    ea = abs (x2-x1)/x2;
    N = [N;x1 x2 ea];
    x1=x2;
    if ea<es
        break
    end
end
N

False_Position_Methods

%False_Position_Methods

syms x
fx = x^2+x-3;
%fx = x^3-0.165*x^2+3.993*10^-4;
xl = 1;
xu = 2;
fxl = subs (fx,x,xl);
fxu = subs (fx,x,xu);
xr = (fxl*xu-fxu*xl)/(fxl-fxu);
n  = 100;
ea = 0.0001;
es = 1;
N  = [xl xu xr es];

for i = 1:n

fxl = subs (fx,x,xl);
fxu = subs (fx,x,xu);
xr = (fxl*xu-fxu*xl)/(fxl-fxu);
fxr = subs (fx,x,xr);

if fxl*fxr < 0
    es = abs((xr - xl)/xr);
    xu = xr;
else
    es = abs((xr - xu)/xr);
    xl = xr;
end

if es<ea
   break
end
N = [N; xl xu xr es];
end

N
x= 1:101;
plot (x',N(:,4),'O')
grid on

bisection_methods

%bisection_methods
syms  x        %deklarasi fungsi x
fx = x^2+x-3;
xl = 1;    %tebakan bawah
xu = 2;    %tebakan atas
xm = (xl+xu)/2;
fxl = subs (fx,x,xl);    %mensubtitusikan xl ke fxl
fxu = subs (fx,x,xu);    %mensubtitusikan xl ke fxu
if fxl*fxu > 0     %syarat program diteruskan
break
end
es = 0.0001;     %eror batas
ea = 1;        %eror komputasi
n = 100;     %banyaknya pengulangan
N = [i xl xu xm ea];    %matriks penyimpan data
for i = 1 : n
xm = (xl+xu)/2;
fxl = subs (fx,x,xl);    %mensubtitusikan xl ke fxl
fxu = subs (fx,x,xu);    %mensubtitusikan xl ke fxu
fxm = subs (fx,x,xm);
if fxl*fxm < 0
ea = abs ((xm-xu)/xm);
xu = xm;
else
ea = abs ((xm-xl)/xm);
xl = xm;
end
if ea < es
break
end
N = [N;i xl xu xm ea];
end
N

How the Hybrid Power Plant Works



Ira Jam’iyatul Qalbiyah (15640074)/Procedure Text
            Before knowing how the hybrid plants work, we should know the meaning of it. Kunaifi(2010) said that the hybrid power plant is a system electric generation integrated, from two or more power plants with different sources. The hybrid power plant is very economical and technical. Usually, it uses an energy source that is widely available in nature such as wind, sunlight and the natural resources that can be renewed.
            The source of electrical energy that has being applied today still used the materials that can’t be renewed. There are many of remote areas that still have not being able enjoying the electricity. The used of hybrid energy at the power plant can be applied if the source of energy used has been exhausted someday, then it can use a hybrid energy as an alternative energy and also as a replacement of the depleted energy. Therefore, remote areas such as in coastal areas can enjoy electricity.
            Some tools that needed to hybrid power plant used like windmill which serves to change the energy wind to be electricity. Then, a dynamo to change the motion energy of windmill to electricity. The inverter serves as the component that change the DC current into AC. Batteries as a storage of electrical energy from windmill and solar cells. The solar cells change the energy of sunlight into electricity. Generator as the supplier of power back up when the weather is bad and not supportive. The last is the burden, here it is the house who needs electricity. And the materials need sunlight and wind.
            In this text, the combine of the electrical energy derived from the wind using windmills and sunlight through the solar cells. The main process or idea of windmill is to convert the energy from the wind into electrical energy. While, the main process of the solar cells according to Handjoko and Satwiko(2012), is to utilize the theory of light as particles of energy with specific wavelength and frequency. The solar cells are using the device of semiconductor which has a large surface and consists of a series of diode type p and n. So, the light can be converted into electrical energy.
            This hybrid power plant works systematically. First, we must assemble all the tools to be used. Then, when the wind blows, the blades of the windmill move to rotate the dynamo which generated electric current which will be channeled towards storage in the form of a battery. Then at the same time, the sunlight captured by the solar cells in converted into electrical energy. Electricity coming from solar cells, windmills and batteries is still in the form of DC current. To streamed it into people's house should be in the AC current. Therefore, it requires the inverter to change DC into AC current. Some of electrical energy that has been altered will be flowed to people's house. There are stored in generator. So, that when the weather is not good or there are interferences, we are still able to enjoy electricity.

Reference
Kunaifi. 2010. Program HOMER Untuk Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Hibrida Di Propinsi Riau. Seminar Nasional Informatika. Yogyakarta:FTI UPN Veteran.hal.18-27.ISSN: 1979-2328
Handjoko, dan Satwiko. 2012. Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535. SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia. Vol.01. No.01(C).hal.1108-32- 1108-36.

Pertemuan Ku Dengan Dia



Oleh Ira Jam’iyatul Qalbiyah

Pada suatu waktu aku mendapatkan pesan dari seseorang di salah satu media sosial yang ku miliki karena aku memang termasuk orang aktif di sosial media, dimana pesan dari orang tersebut dapat aku simpulkan bahwasannya waktunya sudah dimana aku akan dipertemukan dengan dia. Sejujurnya aku belum pernah bertemu dengan nya, jangankan untuk bertemu menganalisis namanya saja aku tidak bisa. Waktu yang ku nanti-nanti pun tiba, pada hari itu aku diajak untuk bertemu dengannya, dan alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya walaupun dengan bersusah payah agar aku bisa bertemu dengannya.
Di awal pertemuan ku dengannya aku masih malu-malu, sehingga aku tak banyak bicara. Itulah aku, jika baru pertama kali bertemu dengan orang maka sifat pemalu ku akan muncul. Tibalah waktunya aku berkenalan dengan dia, walaupun hanya sekedar menyebutkan nama, jurusan bahkan daerah asalnya saja itu sudah membuatku sangat senang sekali. Setelah berkenalan dengannya, berhubung sudah larut malam, waktu istirahat pun tiba sehingga membuat kita untuk menghentikan perkenalan kita pada malam itu. 
Ketika aku sedang tertidur, ada suara lirih yang memanggil namaku hingga aku terbangun, dan suara tersebut mengajakku untuk Qiyamul Lail, ternyata dia yang telah memanggil namaku.  Betapa senang nya aku ternyata dia yang telah membangunkanku. Aku pun langsung beranjak dari tempatku tidur dan langsung berwudhu serta shalat Qiyamul Lail. Setelah itu aku melanjutkannya dengan membaca Al-Quran, dan aku melihatnya juga sedang membaca Al-Quran. Betapa hatiku tertegun-tegun melihatnya seperti itu.
Adzan subuh pun berkumandang, dia pun memberikanku isyarat agar aku segera mengakhiri bacaanku.  Aku pun langsung berhenti dan melanjutkannya dengan shalat sunnah 2 rakaat sebelum subuh. Lalu dia pun memberikan isyarat lagi agar langsung merapat ke dalam shof untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah, setelah shalat subuh dia mengajakku untuk berdoa bersama dengan membaca Al-Ma'tsurat yang menurutku itu sudah tidak asing lagi bagiku karna sewaktu di pondok dulu, itu merupakan Amal Yaumiyah yang wajib diamalkan untuk setiap santri bahkan para asatidz dan ustazahnya juga mengamalkan nya. Lalu ketika selesai membaca Al-Ma'tsurat dia meminta kepada salah seorang dari kami untuk memberikan kultum, setelah kultum dia mengajakku dan teman-temanku untuk berolahraga, yang mana selama ini aku sendiri tak sempat berolahraga di pagi hari karena ada kegiatan halaqoh ilmiah di pondok. Setelah selesai berolahraga dia memintaku dan teman-temanku untuk bersih bersih dan sarapan. Yang mana setelah itu akan ada kegiatan yang harus aku ikuti bersama dia dan teman teman ku.
Malam pun tiba, aku fikir saat nya untuk beristirahat.  Memang benar aku beristirahat, tapi aku tak seutuhnya beristirahat ternyata masih sama ada suara lirih yang membangunkanku bersama temsn-temanku, lalu aku pun langsung terbangun. Dia mengajakku dan teman-temanku untuk merenungkan akan jasa-jasa orang-orang yang telah berjuang untuk Islam. Aku pun termenung dan bahkan tak terasa air mataku menetes ketika dia menceritakan tenteng orang-orang yang rela mati demi berjalannya dakwah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Aku pun menangis sejadi-jadi nya karna sampai saat ini aku belum bisa berjuang untuk melanjutkan dakwah yang telah dibawa oleh Rasulullah.
Setelah itu azan subuh berkumandang dan aku segera beranjak dari tempatku untuk berwudhu dan langsung bergabung dalam jamaah.  Seperti biasa dia meminta agar salah satu dari kami memberikan kultum. Setelah itu sama dengan hari sebelumnya dia mengajak untuk berolahraga. Setelah berolahraga, kemudian dilanjutkan dengan sarapan dan bersih-bersih dan melanjutkan kami pada hari itu. Kegitan hari ini selain diisi materi, kami pun bermain-main. Tibalah saatnya waktu penutupan serta pengukuhan, aku senang sekali karena aku akan selalu bertemu dengannya setelah pertemuan kami yang singkat ini.
            Dia adalah saudara-saudara ku yang baru saat ini. Untuk saudara-saudara ku tetap bimbinglah aku, agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik dari sekarang. Terimakasih saudara ku atas pertemuan kita. Maafkan aku jika selama pertemuan kita, aku melakukan kesalahan.

makalah teosofi tarekat qadariyah wanaqsabandiyah



MAKALAH
 “TAREKAT QADARIYAH WA NAQSABANDIYAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teosofi

Dosen Pengampu:
Abdun Nafi’ Kurniawan




 


Disusun Oleh :
1.      Ira Jam’iyatul Qalbiyah
2.      Fery Erdiana
3.      Zainur Rifa’ Sagitarius


Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk Tuhan, wajib mendekatkan diri kepada-Nya. Maka dari itu harus menempuh jalan iktiar. Adapun salah satu jalan ihtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf. Untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya, banyak di kalangan orang-orang awam yang kurang mengetahui mengenai ilmu mengenal tuhan (Tarekat). Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah s.w.t. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.
Seorang penganut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau diniawi Islam. Dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk tariqah, melalui praktik spritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai haqiqah (hakikat, atau kebenaran hakiki). Bila ditinjau dari sisi lain, thariqah itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan), dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah.
Di antara berbagai macam tarekat yang ada terdapat tarekat yang bernama Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah merupakan penggabungan dari dua tarekat besar yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsyabandiyah. Penggabungan kedua Thariqah ini dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri dan berbeda dengan kedu tarekat induknya. Jadi, Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang ada di Indonesia merupakan tarekat yang mandiri yang di dalamnya terdapat unsur-unsur Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Pada kesempatan kali ini, kami mewawancarai seseorang yang merupakan warga dari thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, adapun salah satu tujuan kami mewawancarai beliau agar kami dapat mengetahui sejarah dari thariqah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah?
2.      Bagaimana keorganisasian atau silsilahnya hingga sampai ke Rasulullah dari Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah?
3.      Apa saja aktivitas yang dilakukan sebagai warga dari Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah?
4.      Bagaimana pengamalan ibadah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah?



BAB II
PEMBAHASAN
Orang yang kami wawancarai merupakan pengikut dari Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Beliau bernama Ibnu Ubaidillah yang berasal dari Cirebon.  Beliau bercerita pada awalnya beliau diajak ikut thariqah ketika kelas 3 Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Ikwanul Muslimin Cirebon. Beliau diajak oleh gurunya yang merupakan guru thariqah, guru tauhid, guru bagian spiritual yang biasanya mengajar kitab Syarhul Hikam. Gurunya tersebut mengajak semua teman-temannya yang pada saat itu duduk di bangku kelas 3 Madrasah Aliyah tersebut untuk ikut thariqah bertujuan sebagai kontrol  dari keimanan mereka dan juga sebagai bekal agar ketika mereka sudah tidak mendapat bimbingan spiritual agar tidak jauh dari jalan yang sebenarnya, yaitu jalan lurus yang dituju.
Beliau bercerita bahwa sebenarnya dari keluarga beliau sendiri itu tidak setuju ketika beliau memutuskan untuk ikut thariqah. Hal ini dikarenakan bagi orang-orang yang awam menganggap bahwa thariqah itu sangat tabu. Mereka beranggapan bahwa syariatnya saja belum benar tetapi mau mengikuti thariqah. Padahal tarekat merupakan jalan pintas untuk menuju Allah yang kita tuju dan memang amalan-amalan yang dilakukan itu silsilahnya langsung sampai ke Rasulullah, karena Rasulullah menitipkan beberapa amalan-amalan kepada beberapa sahabatnya. Menurut beliau, tarekat itu yang dipelajari juga berbarengan dengan syariat, karena jika hanya berkutik pada syariatnya saja itu akan hampa dan tidak ada kedekatan spiritual.
Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini dicetuskan oleh seorang sufi yang berasal dari Indonesia tepatnya berasal dari kabupaten Sambas provinsi Kalimantan Barat, Syeikh Ahmad Khatib as-Sambasi pada abad XIX M.  Di Indonesia sendiri, mengenai thariqah ini pusatnya berada di Pondok Pesantren Suryala Tasikmalaya pengasuhnya adalah Syeikh Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin atau yang dikenal dengan panggilan Abah Anom. Beliau merupakan salah satu mursyid dari thariqah ini. Silsilah urutan ulama pada thariqah ini yang berada di Indonesia hingga sampai ke Rasulullah itu berada mulai dari urutan yang ke-34 yang merupakan pendiri dari thariqah ini.
Setelah Syeikh Ahmad Khatib as-Sambasi wafat, thariqah ini dilanjutkan oleh salah satu dari wakilnya yaitu Syeikh Thalhah bin Talabudin bertempat di kampung Trusmi Desa Kalisapu, Gunungjati, Cirebon. Salah seorang muridnya yang bernama Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang kemudian dikenal sebagai Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya. Setelah lama berguru, ketika beliau berusia 72 tahun, beliau mendapat khirqah (pengangkatan secara resmi sebagai guru dan pengamal) Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah dari gurunya Mama Guru Agung Syeikh Thalhah Bin Talabudin (dalam silsilah urutan ke-35).
Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra. dalam silsilah Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah berada pada urutan ke-36, setelah Syeikh Tholhah bin Talabudin ra. Beliau dikenal dengan panggilan Abah Sepuh yang dikarenakan usianya yang sudah sepuh. Di antara murid-muridnya Abah Sepuh ada yang paling menonjol dan memenuhi syarat untuk melanjutkan kepemimpinannya sebagai mursyid. Murid tersebut adalah putranya sendiri yang ke-5 yaitu Abah Anom. Sepeninggal Syeikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad sebagai mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang berpusat di Pondok Pesantren Suryalaya dilanjutkan oleh Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Berikut ini adalah silsilah dari thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya:

  1. 1.      Robbul Arbaabi wa mu’tiqur-qoobi Allah S.W.T.
  2. 2.      Sayyidunaa Jibril A.S. 
  3. 3.      Sayyidunaa Nabi Muhammad S.A.W
  4. 4.      Sayyidunaa ‘Alliyyu karrama ‘llohu wajhah. (Sayyidunaa Ali Bin Abi Thalib)
  5. 5.      Sayyidunaa Hussain R.A
  6. 6.      Sayyidunaa Zainul Aabidinn R.A
  7. 7.      Sayyidunaa Muhammadul Baaqir R.A
  8. 8.      Sayyidunaa Ja’farus Shoodiq R.A
  9. 9.      Sayyidunaa Imam Muusa Alkaadhim R.A
  10. 10.  Syeikh Abul Hasan ‘Alii bin Muusa R.A
  11. 11.  Syeikh Ma’ruuful Kurkhi R.A
  12. 12.  Syeikh Sirris Saqothii R.A
  13. 13.  Syeikh Abul Qoosim Al-Junaedil Baghdaadii R.A
  14. 14.  Syeikh Abuu Bakrin Dilfis Syibli R.A
  15. 15.  Syeikh Abul Fadli Ao’abdul Waahid at Tamiimii R.A
  16. 16.  Syeikh Abdul Faroj at Thurthuusi R.A
  17. 17.  Syeikh Abul Hasan ‘Alii bin Yuusuf al Qirsyi al Hakaarii R.A
  18. 18.  Syeikh Abuu Sa’iid al Mubarok bin ‘Alii al Makhzuumii R.A
  19. 19.  Syeikh ‘Abdul Qodir Al Jaelanii q.s.
  20. 20.  Syeikh ‘Abdul ‘Aziiz R.A
  21. 21.  Syeikh Muhammad Al Hattak R.A
  22. 22.  Syeikh Syamsuddin R.A
  23. 23.   Syeikh Syarofuddiin R.A
  24. 24.  Syeikh Nuuruddiin R.A
  25. 25.  Syeikh Waliyuddiin R.A
  26. 26.  Syeikh Hisyaamuddiin R.A
  27. 27.  Syeikh Yahya R.A
  28. 28.  Syeikh Abuu Bakrin R.A
  29. 29.  Syeikh ‘Abdur rohiim R.A
  30. 30.  Syeikh ‘Utsman R.A
  31. 31.  Syeikh ‘Abdul Fattah R.A
  32. 32.  Syeikh Muhammad Murood R.A
  33. 33.  Syeikh Syamsuddiin R.A
  34. 34.  Syeikh Ahmad Khootib Syambaasi Ibnu ‘Abdul Ghoffaar R.A
  35. 35.  Syeikh Thalhah Kali Sapu Cirebon R.A
  36. 36.  Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad R.A atau Abah Sepuh Pendiri Pondok  Pesantren  Suryalaya.
  37. 37.  Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin R.A. atau Abah Anom Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya.

Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karya Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di Makkah pada tahun 1295 H. kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, talqin, dzikir, muqarobah dan silsilah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Amalan dari thariqat ini dibagi menjadi empat, yaitu:
1.    Amalan Harian
Semua amalannya sebenarnya sudah ada panduannya dalam buku panduan  yang diberikan kepada setiap anggota dari thariqah tersebut yang sudah dibaiat atau di talqin. Sebagai contoh yaitu dari amalan harian yang dilakukan pada setiap selesai shalat fardhu, pertama-tama itu membaca tawasul yang dikhususkan  kepada rasulullah, membaca istighfar, lalu membaca shalawat. Setelah itu membaca kalimat thoyyibah, adapun dari kalimat thoyyibah tersebut adalah lafadz Laa Ilaa Ha Illallah dan diikuti dengan gerakannya sebanyak 165 kali. Gerakannya itu kepala naik ke atas, kemudian ke kanan dan ke kiri untuk menutup dari godaaan setan, lalu ke bawah ke arah hati untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat dihati. Ketika membaca lafadz tersebut posisi duduknya kebalikan dari posisi duduk tahiyat akhir. Itu merupakan dzikir yang jahr.
Sedangkan dzikir khofi atau dzikir sirri nya dengan membaca lafadz Jalalah. Ketika memberi tahu seseorang mengenai dzikir ini, bagi warga thariqah tidak boleh menggunakan lisan. Posisi lidahnya dinaikkan ke atas dan menunduk kearah hati sambil digetarkan dengan ketukan jari, jika dicontohkan dengan lafadz mengenai ketukannya itu dengan kata asbaq. Dan dzikir khofi ini dibaca setiap waktu dalam keadaaan seperti apapun dan berada dimana pun. Setelah mengamalkan dzikir tersebut maka yang mengamalkan nya akan merasa tenang, tentram dan damai bahkan sampai menangis ketika berdzikir. Selain lafadz tersebut adapula dzikir yang menggunakan asmaul husna, seperti ya lahiif. Dan hitungan dari dzikir tersebut menggunakan hitungan abajadun.
2.     Amalan Mingguan
Amalan ini biasa dilakukan sebanyak  sekali atau 2 kali dalam seminggu. Kegiatan ini merupakan bermujahadah bersama yang bisa disebut tawajjuj Kegiatannya berupa pengajian dan pembacaan rotib khataman Al-Qur’an. Dan dalam pembacaan rotib khataman menggunakan lafadz-lafadz tertentu. Selain khataman, kegiatan yang dilakukan untuk amalan mingguannya berupa shalat-shalat sunnah dan istighosah. Kegiatan ini berfungsi sebagai penguat keimanan dalam minggu tersebut.
3.     Amalan Bulanan
Amalan bulanan merupakan Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali adalah mujahadah bersama yang berisi pembacaan rotib istighosah, dan sholat sunnah manaqiban,membaca manaqib yang merupakan sejarah dari syeikh Abdul Qodir Al-Jailani,  fida’an, pengajian.
4.     Amalan Tahunan
Inti dari kegiatan yang dilakukan setahun sekali ini adalah kholwat (intensifikasi ibadah dan pengamalan ajaran tarekat didalam ribat atau pesantren). Dengan niat ibadah taqorroban ilallah atau mendekatkan diri kepada Allah.
Untuk mengikuti suatu thariqah itu pada dasarnya tidak ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Akan tetapi, harus ada kemauan dari diri sendiri seiring dengan syariat yang dijalankan. Jika antara-amalan-amalan dalam thariqah dan syariat tidak dijalankan dalam bersamaan, ditakutkan akan membawa efek yang buruk seperti stres, gila dll. Karena untuk menjadi warga thariqah itu pada dasarnya harus siap gila. Hal ini dikarenakan ketika melakukan dzikir maka dia tidak akan memandang apa yang ada di sekitarnya.

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
            Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini didirikan oleh seorang sufi yang berasal dari Indonesia tepatnya berasal dari kabupaten Sambas provinsi Kalimantan Barat, Syeikh Ahmad Khatib as-Sambasi pada abad XIX M. thariqah ini merupakan gabungan dari thariqah Qadiriyah dan thariqah Naqsabandiyah.
2. Silsilah urutan mursyid yang ada di Indonesia hingga sampai kepada Rasulullah berada pada urutan ke-34, yaitu Syeikh Ahmad Khatib as-Sambasi, sebagai pencetus dari thariqah ini. Lalu, dilanjutkan oleh Syeikh Thalhah bin Talabudin pada urutan ke-35. Kemudian, Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad pada urutan ke-36 atau yang lebih dikenal dengan Abah Sepuh. Setelah itu, Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin, beliau merupakan putra dari Abah Sepuh. Beliau sering di panggil dengan sebutan Abah Anom, dan beliau ini berada pada urutan ke-37.
3. Aktivitas yang dilakukan oleh warga thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah biasanya berupa pengamalan dzikir-dzikir baik itu yang dilakukan setiap setelah shalat fardhu atau yang dilakukan disetiap waktu dalam keadaan apapun dan dimanapun.
4. Amalan yang dilakukan oleh warga thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah, dibagi menjadi empat, yaitu: amalan harian, amalan mingguan, amalan bulanan, dan amalan tahunan.


LAMPIRAN